Senin, 09 Januari 2012


Nama : Ahmad Badarudin
NIM     : 2010 112 094
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Bahasa dan Seni
Teori Prosa Fiksi
Dosen Pengasuh: Darwin Effendi, M.Pd.

Rindu Empat Musim


Aku terhenyak dalam bekapan malam. Tersenyum sendiri mengingat kisah lalu. Ya, siapa lagi yang bisa kuingat selain dirinya, seseorang yang begitu aku rindukan melampaui rasa rinduku terhadap yang lainnya. Dia yang tak tergantikan di hatiku, dia yang membuat aku tertawa, tersenyum, marah, dan terluka. Wajahnya yang cantik jelita tiada tara dan tiada dua, serta anggun tiada tanding dan tiada banding, pemikirannya dan pendiriannya yang kokoh sekokoh Tembok Cina tak dapat dirobohkan.
            Kala itu, awalnya aku sedang duduk di tepi taman bunga Perumahan PT. PUSRI  yang begitu menyejukan jiwa sambil mendengarkan lagu-lagu anime kartun Jepang kesukaanku sambil minum jus alpukat. Wah segarnya bila kurasakan hari itu yang begitu panas tak karuan yang membuat kepalaku sakit. Tiba-tiba, suara rintihan tangis kudengar tepat di sebelahku. Aku menoleh, dan ternyata seorang gadis menangis tersedu sedan. Karena tak tega melihatnya, akhirnya kudekati dia.
            “Hei… ada apa? Kenapa kau menangis seperti ini?” tanyaku.
            Dia hanya semakin menangis dan malah lebih kencang.
            “Hiks…. Hu….hu….,” tangisnya yang semakin berdenging di telingaku. Aku kaget, dan semua orang menoleh ke arahku. Aku bingung tak karuan harus bertindak apa?
            “Hei… hei… jangan menangis seperti itu, ayolah kumohon..,” pintaku dengan menyodorkan sapu tanganku kepadanya.
            “Ini, ayolah… Hentikan tangisanmu. Lihat, semua orang memandangi kita,” ujarku.
            Dia akhirnya berhenti menangis meskipun agak tersedak menahan tangisannya sambil mengusap air matanya dengan sapu tanganku.
            “Terima kasih, hiks,” ucapnya dengan nada yang tak imbang diikuti cegukan tangis.
            Aku pun duduk di sampingnya, “Huh…. Sebenarya kenapa kau ini?” tanyaku.
            “Hmm, ini…,” ujarnnya mengembalikan sapu tanganku.
            “Simpan saja, kau masih memerlukannya. Eh… jawab dulu pertanyaanku tadi,”
            “Aku baru saja ditinggalkan pacarku dan kami baru saja putus, karena dia selingkuh,” jawabnya sambil ingin menangis lagi.
            “Hah… dasar, hanya karena itu, aku pikir tersesat.”
            “Habisnya… boleh aku minta jusmu? Aku haus,” pintanya meringis.
            “Heh, ini ambil,” “Ternyata gadis ini agak tak punya rasa malu ya, dasar gadis aneh, pantas saja ditinggalkan pacar,” gumamku dalam hati.
            “Slruuuuuuppp…slrupppp….!” Sedotnya hingga habis.
            “Eh… eh.., kau habiskan semuanya!” kagetku.
            “He.. he… maaf, aku benar-benar haus,” jawabnya seperti anak kecil berusia 3 1/5 tahun.
            “Nah, sekarang kau kan sudah tidak menangis lagi, aku tinggal ya,” kataku.
            Belum sempat aku menaiki motorku, tiba-tiba dia menarik lengan bajuku.
            “Hei, antarkan aku pulang, aku mohon…!” pintanya sambil menarik-narik bajuku.
            “Wah, kau ini benar-benar merepotkan. Sudah hentikan, kau merusak bajuku. Di mana kau tinggal?” tanyaku dengan mengerutkan dahi.
            “Cihuy….! Sudah jalankan saja motornya nanti aku akan tunjukan arahnya.”
            “Wew. Ya sudah, naiklah.”
            Aku pun mengantarkannya pulang ke rumahnya, ya meskipun aku tak mengenal siapa gadis aneh ini. Tapi biarlah, anggap saja menolong orang yang tersesat. Sampailah aku di depan lorong rumahnya, dia pun turun dari motor.
            “Di sini?” tanyaku.
            “Iya,” katanya.
            “Sudah ya, aku pamit,” kataku.
            “Eh, tunggu dulu….,” katanya
            “Apa lagi?”
            “Siapa namamu? Kita belum  kenalan,” tanya nya.
            “Hmm.. Panggil saja Badar,” kataku.
            “O… Badai..,”
            “Bukan Badai, tapi Badar… pake huruf “ER…”,” jelasku.
            “Iya aku ingat, Badarkan. Aku Dona,” katanya.
            “Sudah? Tidak ada lagi?”
            “Sini, berikan ponselmu,” katanya sambil meminta dengan tangannya.
            “Untuk apa?” tanyaku.
            “Ah, sudah berikan saja.”
            “Ini..”
            Dia mengambil ponselku sambil menekan angka seperti ingin menelpon seseorang, dan ternyata benar, “Kanashii hodo kimi ni tsutawara nai
kono kimochi taisetsu ni trank ni tsume te…,”
berdering dari saku jeansnya lagu dari band asal Jepang Larc~en~Ciel, band kesukaanku.
            “Itu tadi…”
            “Iya, aku miscall ponselku...,”
            “Bukan, dering yang itu...,”
            “Oh, ya Larc~en~Ciel, band favoritku, kenapa? Kau tahu?”
            “Ah, tidak. Sudah ya, aku pulang,” ujarku dengan pelan.
            “Eh, tunggu dulu,” katanya.
            “Apa lagi…?”
            “Terima kasih ya..” ucapnya sambil tersenyum.
            “Hmmm…” kataku sambil memakai helem motor.

************
Hari itu aku bertemu dengan wanita aneh, ya memang begitulah adanya. Saat aku pulang ke rumah dan mandi, lalu salat magrib. Baru saja aku selesai berdoa,
I want you oh my love, naman bara bwajwo, neomaneul saranghae
sesang modu byeonhaedo Oh my love, neoman bomyeon ttwineun gaseum eonje kkajina neoman damgo isseulge..,
” ponselku berbunyi, sebuah pesan singkat masuk. Ternyata dari gadis aneh tadi.


 gadis ANeh

 ass..
besok temui aku di toko buku gramedia
aku tuggu
bye...



Aku kaget dan bingung, apa sebenanya maunya wanita ini? Aku tak membalasnya. Aku mengantuk, dan terlelap tidur.
Pagi itu, pukul 9.30, setelah aku habis mandi, aq sarapan pagi dengan mie, nasi, telur mata sapi setengah matang, dan satu gelas susu. Ketika hendak meneguk minumanku, SMS masuk lagi ke ponselku.

gadis ANeh

hai selamt pagi,
jagn lupa jam 10.30
di toko buku
bila kau tidak datang
aku akan menangis di sini
bye....



Hampir saja aku tersedak minum gara-gara SMSnya. Dengan terpaksa aku mengikuti kemauannya, ya benar-benar merepotkan.
Tepat pukul 10.30, aku datang ke toko buku Gramedia. Celingak-celinguk, menolh ke sana dan ke mari, tapi gadis itu tidak kelihatan. Aku hamper kesal dibuatnya. Tiba-tiba,
“Duar….!” Kagetnya dari belakang menepuk pundakku.
“Aduh...” kutoleh ke belakang, dan ternyata dia, wah benar-benar aneh.
“Akhirnya kau datang juga.”
“Kenapa kau menyuhku datang ke mari?” tanyaku.
“Temani aku mencari komik ya?” pintanya.
“Komik? Ya baiklah…,” dengan nada melemas.
Aku menemaninya mencari komik yang berjudul “CASH GIRL” terbitan asal Korea buatan Kim Su Yeon. Akhirnya kami menemukannya. Ada satu set komik itu. Dari 1-10 buah. Dona membeli semuanya. Ya ampun, aku benar-benar kaget dibuatnya, ternyata gadis ini benar-benar maniak komik. Setelah selesai, kami keluar dan mencari temapt untuk duduk sambil makan es krim.
“Hmm..,” sambil makan es krim. “Apa kau begitu menyukai komik?” tanyaku yang agak sedikit belepotan memakan es krim.
“Ya, tentu saja. Aku punya banyak ratusan komik di rumah.”
“Benarkah ada apa komik saja?”
“Banyak, Naruto, One Piece, Death Note, Rave, Pansy, Demon, Air Girl, dan beberapa komik serial cantik..,” jelasnya dengan senang.
“O…,” membulatkan bibir.
“Kau tahu, bulan ini adalah musimnya aku mengumpulkan komik. Aku berusaha menyaingi saingan-saingan pecinta komik lainnya. Aku masih di bawah mereka. Jadi aku harus banyak membeli komik bulan ini.”
“Hah, gila, untuk apa?”
“Ya tentu saja untuk kepuasanku..,” katanya.
            “Hmm, dasar aneh..”
            “Biar saja,” ketusnya. Diam sejenak sambil menikmati es krim.
            “Eh, besok temani aku lagi ya cari komik?” tanyanya
            “Apa? Komik lagi? Apa itu belum cukup?”
            “Belum, kan sudah kukatakan, bulan ini adalah musim dimana aku mengumpulkan komik, mau ya, please!” pintanya.
            “Ya, baiklah.”
            Dengan nada menghela nafas, aku akhirnya menerima permintaannya. Tiap hari kamis dan minggu selama 2 bulan penuh aku menemaninya mencari komik. Ke sana dan ke mari, ke toko buku bekas, dan tempat-tempat lainnya. Sampai terhitung jumlahnya ada 132 buku komik ia beli selama dua bulan penuh. Dasar gila!!!
*******
Setelah musim ia mengumpulkan komik ternyata ada musim lainnya lagi, yaitu mengumpulakan lagu-lagu dan film anime kartunnya. Ya Ampun….! Aku menepuk dahiku sendiri. Mahluk apa sebenarnya gadis ini? Aku ingat ketika kami membeli kaset DVD Death Note, di dalam toko kaset sempat-sempatnya dia mengupil depan kasirnya. Kasirnya hanya diam, tapi aku yang malu tak karuan. Aku sempat ingin kabur, tapi dia malah memanggilku.
“Sayang…,” panggilnya
“Hah?” aku terkejut, sejak kapan ia jadi sayangku?
“Kemarilah, aku pinjam uangmu ya?” pintanya.
“Kya…. Dasar kau ini.” Ujarku.
“Terima kasih saying..”
Selama 3 minggu kami membeli kaset DVD kartun jepang, ada film kartun Keroro, Gundam, Samurai X, One Piece, Fairy tail, dan banyak lagi. Sisanya berupa mp3 lagu-lagu OST. Kartun.
Aku pikir musimnya telah habis, tapi ternyata ada musim yang lebih gila lagi. Yaitu musim ketika ia berulang tahun. Tepat tanggal 12 Juni, dia mengajakku karokean di kafe dan makan-makan bersama teman-teman penggila komiknya. Aku tak bisa berbuat apa-apa ketika itu. Hanya bisa tertawa melihat tingkahnya yang meniru ala kartun jepang. aku memberikannya sebuah kado berupa sandal tidur berbentuk kartun Keroro.  Dia tertawa melihat kado yang kubawakan. Mengatakan bahwa, “Kekanak-kanakkan…” padahal dia sendiri yang lebih kekanak-kanakan. Minum saja sampai salah membedakan jus strawberi dengan saos sambal. Hahahahaha….! Dasar gadis bodoh.
Tapi jujur, aku menyukainya. Dia menjadi kekasihku selama 2 tahun. Kami menjalani kebersamaan dengan sangat menggelikan. Aku bahagia dan benar-benar bahagia. Tapi, ada sebuah musim ketika aku tak bisa terima. Musim terakhir yang hanya ia lakukan satu kali dalam hidupnya.
Ia akan menikah dengan lelaki lain. Ia dijodohkan. Aku tak bisa menerimanya. Ia menangis di hadapanku untuk terakhir kalinya seperti awal kami bertemu. Aku hanya diam kala itu. Aku marah, aku kesal, aku… ah… tak bisa diungkapkan. Ia meninggalkanku.
Aku menuliskan sebuah puisi terakhir untuknya  yang kukirim melalui facebook.
Rindu Empat Musim

Gadis bodoh yang tak kukenal
Menangis, tertawa, sedih, tersenyum
Aku tak mengenalmu
Tapi aku menyukaimu

Gadis bodoh dengan senyumnya
Datang dengan ratusan komik
Musim awal untuk aku agar lebih menyukaimu
Dan semakin menyukaimu

Gadis bodoh dengan tawanya
Mengupil di depan umum
Aneh, tapi membuatku geli

Gadis bodoh dengan keceriaannya
Bernyanyi layak artis tapi suaranya galau
Membuat sakit telingaku
Tapi aku bahagia

Gadis bodoh dengan tangisannya
Datang memohon maaf pergi meninggalkan aku
Meninggalkan sejuta kenangan bodoh
Aku terluka, tak kuterima

Tapi, kumohon
Bahagialah,
Tetap aku mencintaimu…
Aku merindumu dengan semua tingkahmu
Bye-bye…

Badar…

Entah kapan aku bisa berjumpa dengannya kelak? Aku begitu merindukannya.Hanya komik, dan lagu-lagu anime kartun yang bisa mengobati kerinduanku padanya. Dia, Dona, gadis aneh yang selalu membuatku tersenyum. Semoga dia juga merindukan aku.

*******************

Sabtu, 07 Mei 2011

seharusnya Kau pERgi

Cerpen Cinta Remaja: "Seharusnya Kau Pergi"

“Aku nggak tau, maunya kamu itu apa. Udah jelas-jelas Fery itu suka banget sama kamu, sayang dan perhatian. Kenapa sich dia kamu putusin,” tanya Jeni yang nggak habis pikir tentang kelakuan Ega.

“Aku nggak suka sama dia,” jawab Ega lantang
“Kalau kamu nggak suka, kenapa kamu terima dari awal, waktu dia nembak kamu?”
“Yach, aku kan nggak tau sikap dan sifat dia kayak itu. Ternyata udah dijalanin, aku rasa aku nggak cocok aja sama dia”.
“Tapi kan kalian baru sebulan jalan bareng. Kamu butuh waktu Ga, agar kamu tau banyak soal Fery”.
“Duh..... Jen. Waktu sebulan itu cukup lama. Mau berapa lama lagi sich? Lagian aku udah bosan sama dia”.

“Kamu nggak boleh gitu Ga. Fery itu orangnya baik. Salah apa sich dia sama kamu. Pokoknya aku nggak setuju kamu putus sama dia”.
“Lho ... koq jadinya kamu yang sewot. Ya udah, kamu aja yang pacaran sama dia. Atau jangan-jangan kamu tu naksir ya sama Fery, makanya ngebelain dia”.
“Bukan gitu Ga!”
“Lantas?”
“Aku nggak mau kamu kena batunya. Aku ini sahabat kamu. Aku nggak ingin terjadi apa-apa sama kamu”.


“Duh......perhatiannya. Tenang aja Jen, nggak akan terjadi apa-apa sama aku”.
“Iya, aku percaya, Ga. Sejak Irgi pergi dari kamu, kamu tu banyak berubah. Ega yang dulu nggak pernah nyakitin perasaan orang lain, Ega yang selalu setia, Ega yang punta warna hidup”.

“Ach ..... sudah Jen, semua itu masa lalu. Lupakan aja Ega yang dulu meskipun sikap aku udah berubah. Dan aku rasa soal Irgi nggak usah dibahas dech”.
“Tapi Irgi kan yang buat kamu jadi seperti ini Ga. Aku kasian sama kamu”.
“Kamu nggak perlu kasiani aku, aku nggak papa Jen”.
“Kamu nggak perlu bohong Ga. Kamu tu menderita karena orang yang paling kamu sayangi ningalin kamu tanpa membuat keputusan apapun. Aku kenal baik sama kamu Ga. Aku ingin kamu lupain Irgi”.

Ega terdiam. Sejurus diresapinya kata-kata Jeni barusan. Jeni memang benar, Ega harus membuang jauh-jauh masa lalu dan membuka kehidupan untuk kebahagiaan. Irwan, Doni, Jay, Boy, Tomi dan Fery salah apa mereka?
Tanpa diduga oleh Jeni, Ega memeluknya dengan erat. Gadis itu menangis di pelukan sahabatnya.

“Tapi aku nggak bisa Jen. Aku nggak bisa lupain Irgi. Aku cinta mati sama dia,” ujar Ega disela isaknya.
“Ss ....sst, kamu pasti bisa. Ingat Ega, cinta sejati itu adalah cinta kepada Tuhan. Kamu coba ya .....”.

Ega nuruti anjuran Jeni untuk menerima Fery kembali. Memang dia sayang banget sama Ega. Ega berharap keputusan yang diambilnya kali ini bukan merupakan kesalahan seperti yang dilakukannya saat dia menerima Irgi.

Biarpun Fery udah begitu baiknya, Ega tetap aja belum bisa menerima Fery sepenuhnya menjadi bagian dari kehidupannya. Menurutnya, posisi Irgi belum bisa digantikan oleh siapapun termasuk Fery. Fery ngajak Ega ke sebuah cafe. Suasana cafe yang cukup romantis pas benar pilihan Fery untuk mengungkapkan semua perasaannya ke Ega.
“Ga, aku nggak tau dan entah apalagi yang bisa aku lakukan untuk yakini kamu, kalau aku benar-benar serius sama kamu. Aku ngerti kok, kalau hati kamu bukan untuk aku. Aku nggak bisa mengantikan posisi Irgi di hati kamu”.
“Irgi...? Kok kamu tau?”

“Jeni udah cerita banyak tentang kamu. Maaf, mungkin aku terlalu lancang tau soal kamu. Tapi ini aku lakukan karena aku bingung dengan sikap kamu. Kita sudah hampir dua bulan pacaran, tapi nggak seperti orang pacaran lazimnya. Aku sadar Ga, aku nggak akan bisa bahagiakan kamu”.

Fery menarik napas dalam-dalam. “Aku nggak peduli perasaan kamu ke aku seperti apa, tapi kamu harus tau aku benar-benar sayang sama kamu, aku cinta sama kamu, Ga.
Streett....!! tanpa diduga jus tomat Ega tumpah, sehingga membasahi jeans yang dikenakan Ega.

“Kok bisa gini Ga? Kamu sich melamun aja,” kata Fery sembari membersihkan celana Ega dengan tissue. Ega membiarkan Fery melakukan itu. Nggak biasanya dia seperti itu.
“Dah selesai,” kata Fery.
Ega kaget. Berarti dari tadi Fery membersihkan celananya, Ega terus melamun.
“Thanks ya Fer. Duh .. jadi nggak enak nich”.
“Nggak apa-apa Ga”.

“Aku ke toilet sebentar ya Fer”.
Ega ke toilet yang berada di sebelah kanan pintu keluar.
“Oh Tuhan...., kenapa aku selalu deg-degan terus bila dekat sama Fery, padahal sebelaumnya nggak gitu. Dia baik banget, aku nggak tega kalau nyakitin dia. Mungkin Jeni benar, aku harus menerima Fery jadi soulmateku, dan aku akan berusaha belajar mencintainya,” pikir Ega dalam hati.
Pas mau masuk ke toilet, tiba-tiba mata Ega terbentur dengan sosok yang nggak asing lagi buatnya.
“Irgi ....?”
“Ega......kenapa ada di sini?”
“Kamu sendiri? Aku lagi makan bareng sama teman”.
“Dengan siapa kemari? Dengan pacar kamu?”
Bussyet Irgi ngeledek atau serius.
“Nggak, teman.”
“Kamu masih sendiri Ga?”
“He eh”.
“Sama donk kalau gitu”.
“Kenapa ya aku nggak ngerasain hal yang sama pada Irgi seperti yang aku rasakan waktu dengan Fery,” pikirku
“Berarti aku bisa donk jalan lagi sama kamu,” tanya Irgi.
Ega bingung dengan pertanyaan Irgi barusan.
“Boleh”.
“Ga, aku cabut dulu, teman-teman nunggu tuh...”.

***

“Jen, gimana nich? Ntar malam Irgi ngajak aku kencan.”
“Kencan apaan?”
“Jen, aku bingung banget. Tau nggak, dia ngajak aku balikan”.
“Nggak bisa Ga. Aku nggak setuju”.
“Tapi aku masih sayang sama dia. Dia nggak berubah Jen. Lagian kami kan belum putus”.
“Kamu tu gila ya Ga. Irgi tu udah ninggalin kamu, terus sekerang dia ngajakin kamu pacaran lagi. Kamu tu jangan bego Ga”.
“Tapi aku senang kalau bisa jalan sama dia lagi. Masalahnya Fery, Jen. Gimana Fery?”
“Aku nggak bisa bantu kamu soal ini. Aku nggak ikut dalam perbuatan konyol kamu”.
“Ya udahlah, Jen”.
Jeni ninggalin Ega. Sementara Ega masa bodoh dengan omongan Jeni.
Malamnya Irgi menjemput Ega. Irgi membawa Ega ke tempat yang nggak kalah romantisnya dengan waktu Fery ngajak Ega.
“Ga, aku minta maaf”.

“Soal apa?”
“Aku tau, mungkin permintaan maaf aku ini nggak cukup buat nebus kesalahan aku sama kamu. Aku ninggalin kamu gitu aja,” hati-hati Irgi melanjutkan kata-katanya.
“Waktu itu aku nggak tega mutusin kamu, makanya aku pergi ninggalin kamu”.
Ega terdiam, kegetiran menyelimuti perasaannya. Luka lamanya tertoreh kembali oleh perkataan Irgi yang mengingatkannya pada penderitaan yang ia rasakan sepeninggalan Irgi darinya.

“Ga, maafin aku. Sebenarnya waktu kita masih pacaran dulu, aku udah menjalin hubungan dengan cewek lain, namanya Nela. Aku membandingkan kamu dengan Nela, dengan tujuan ingin mencari yang terbaik diantara kalian berdua. Dengan Nela aku mendapatkan sesuatu yang nggak aku dapat dari kamu. Makanya aku putuskan bahwa Nela adalah pilihan hatiku”.
Air mata yang indah ditahan Ega dari tadi nggak bisa lagi diajak kompromi, kini bergulir di kedua pipinya.

“Aku pergi dari kehidupan kamu dengan harapan aku bisa bahagia dengan Nela. Tapi kenyataannya lain, Nela nggak cuma milik aku, dia juga milik cowok-cowok lain. Sejak aku tau Nela seperti itu, aku putus sama dia, dan setelah itu aku kesepian. Waktu itu aku sempat berpikir untuk kembali sama kamu, tapi aku takut kamu nggak mau menerima aku. Akhirnya kita bertemu di cafe itu. Waktu itu semangat dan keberanianku muncul, karena aku yakin dari tatapan mata kamu, masih ada cinta buat aku,” kata Irgi.
Ega mengatur napas. Tampaknya sulit untuk bicara, karena isakan tangis.

“Aku nggak bisa, Ir”.
“Kenapa?” Irgi terkejut dengan ucapan Ega yang nggak pernah dia duga.
“Aku ingin mencari kebahagiaan seperti halnya kamu. Dan aku rasa kebahagiaan itu nggak aku dapatkan dari kamu, tapi dari orang lain.”
“Siapa orang itu, Ga”.
“Kamu nggak perlu tau siapa dia”.
“Tapi aku yakin, Ga, kamu hanya cinta sama aku.”
“Kamu benar, Ir. Aku memang sangat cinta sama kamu, dan aku sulit untuk ngelupain kamu, tetapi bukan berarti aku nggak bisa melupakan kamu.”
“Tapi gimana dengan aku, Ga. Kamu harus mikirin aku donk!”
“Waktu kamu ninggalin aku, kamu pernah mikir nggak dengan perasaan aku. Nggak pernah kan, Ir?”
“Tapi ....”
“Ir, serbaiknya kamu lupain semua tentang kita. Itu semua masa lalu, dan aku rasa nggak seharusnya kamu ada di sini, aku nggak mengharapkan kehadiran kamu. Pergilah Ir, kamu harus mencari cinta kamu, karena cinta kamu bukan aku.
***
“Hei .....ngelamun terus. Tuh Fery nungguin di bawah, Ga. Kayaknya dia ada sesuatu untuk kamu,” Jeni mengejutkan Ega, sehingga lamunannya berhamburan entah kemana.
“Apa....?”
“Nggak tau. Lihat aja sendiri”.
“Apaan nich Fer?”
“Ntar aja dibuka”.
“Makasih ya”.
Seharian Ega berduaan sama Fery ngerayaan ultahnya Ega yang ke 21. Ega mulai suka sama Fery. Ega nggak sia-sia belajar mencintai dia, karena sekarang Ega memang cinta sama dia.
“Oh ya, Ga, handphone kamu ketinggalan. Tadi aku lihat ada satu missed call dan satu message. Coba lihat”.
Ega meraih handphone di tempat tidurnya. Satu nomor baru, ada satu pesan lagi.
“Selamat Ulang Tahun Ega,” tulis Irgi di handphone itu.

Rina Eriska S
Perawat Puskesmas Lubuk Dalam, Kec Lubuk Dalam, Kab Bengkalis.